Tegakkan Sunnah Tinggalkan Bid'ah KEBENARAN DATANGNYA DARI ALLAH Sebagian umat Islam, yang bahkan diantaranya ada yang mengaku ulama atau pemimpin umat ada yang melakukan amalan-amalan yang tidak didapati dalil-dalil yang mensyariatkan amalan tersebut,baik di dalam Al Quran maupun dalam hadis-hadis sahih,dan tidak didapati pula riwayat-riwayatyang memberitakan bahwa amalan-tersebut dilakukan oleh para sahabat,tabiin ataupun tabiut tabiin,atau para imam mazhab pengikut sunnah dan mereka beranggapan bahwa amalan yang mereka lakukan itu adalah suatu kebaikan atau kebenaran,karena dilakukan oleh orang banyak atau karena dipimpin oleh orang-orang yang dianggap ulama atau pemimpin umat. Para ulamapun berbeda pendapat,sebagian membenarkan dan sebagian menolak dan menganggapnya sesat. Sesama ulama atau umat Islam berbeda pendapat tentu akan menimbulkan kebingungan umat Islam lainnya,bukankah ulama itu selalu menjadi panutan umat ? dan mungkin kitapun bingung tentang mana yang benar dan mana yang salah,mana yang sesuai syariat dan mana yang bertentangan dengan syariat,yang satu dengan yang lainnya saling mencela,menyalahkan dan menganggap dirinyalah yang benar bahkan mereka membenci golongan lain yang berbeda paham dengannya.Islamhanya mengenal satu kebenaran, dan kebenaran itu hanya datang dari Allah. Allah berfirman:”Maka tidak ada sesudah kebenaran itu,melainkan kesesatan” (QS.Yunus:32). “Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangansekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu”.(Qs.AlBaqarah:147). Kebenaran yang dimaksudkan Allah itu adalah Al Quran,sebgaimana Friman-Nya,“Tetapi mengapa mereka (orang kafir) mengatakan:"Dia Muhammad mengada-adakannya." Sebenarnya Al-Quran itu adalah kebenaran dari Rabbmu, agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang belum datang kepada mereka orang yang memberi peringatan sebelum kamu; mudah-mudahan mereka mendapat petunjuk.”(QS. Al Sajdah:3) “Sesungguhnya telah datang dari Tuhanmu bukti-buktiyang terang; maka barangsiapa melihat (kebenaran itu], maka (manfaatnya) bagi dirinya sendiri; dan barangsiapa buta (tidak melihat kebenaran itu), maka kemudharatannyakembali kepadanya. Dan aku (Muhammad) sekali-kali bukanlah pemelihara(mu).” {QS. Al An aam:104) Allah melarang kita mencampuradukkan antara yang benar dengan yang salah dan tidak boleh menyembunyikan yang benar untuk melakukan yang salah,Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan Janganlahkamu sembunyikan yang hak itu, sedang kamu mengetahui.”(QS.Al Baqarah:42). Allah dalam Al Quran telah menyampaikan bahwa manusia itu hidup di muka bumi ini telah dibuatkan syariat (peraturan) dalam urusan agama,“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama itu), maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.” (Qs. Al Jatsiyah :18). Allah dalam Al Quran,telah memperingatkan agar kita jangan melakukan apa-apa yang kita tidak miliki pengetahuan atasnya.Karena sesungguhnya pendengaran,penglihatan dan hati akan dimintakan pertanggung jawabannya (Qs.Al Isra:36). Allah mengingatkan bahwa jika kita mengikuti amalan-amalan kebanyakan manusia di muka bumi ini tanpa melihat kebenarannya,niscaya kita akan tersesat dari jalan Allah,karena kebanyakan manusia hanya mengikuti persangkaan belaka (Qs.Al An’am,116). Rasulullah SAW mewasiatkan kepada umatnya agar “Ikutilah sunnahku dan sunnah sahabat-sahabatku yang telah mendapat petunjuk dan jauhilah perkara baru yang diada-adakan,karena segala perkara baru adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat(HR. Ahmad,Abu Dawud,Ibnu Majah dan Tirmidzi). Dan Pada hadis Lain Rasulullah SAW bersabda:”Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitab Allah,dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad SAW. Sejelek-jelek perkara adalah perkara yang diada-adakan,dan setiap bid’ah itu sesat” (HR.Muslim). Berbedanya pendapat para ulama membuat sebagian umat Islam mengambil sikap” mengikuti saja (taglid) para orang banyak sekalipun mereka itu belum tentu benar atau akan menyesatkan kita?(Qs.Al An’am:116). Pergunakanlah akal yang dianugrahkanAllah kepadamu dan ingat seruan Allah bila menghadapi perbedaan pendapat, “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”. (QS. An Nisaa:59). Allah menurunkann Al Qur’an sebagai rahmat,petunjukdan pelajaran bagi manusia. Al Quran berisi kebenaran dan memerintahkan manusia untuk berjalan di atas kebenaran dan menjauhi kebatilan.Kebenaran akan membawa manusia kepada kebahagiaan dan kebatilan akan membawa manusia kepada kesengsaraan hidup.Seorang manusia tidak akan bingung atau terombang ambing bila memegang prinsip dalam beragama Islam dalam melihat kebenaran,antara lain: 1. Kebenaran adalah ajaran (kepercayaan dan amalan) yang sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah Rasul. Ajaran yang bertentangan dengan Al Qur’an dan sunnah adalah kebatilan/kesesatan. ”Maka tidak ada sesudah kebenaran itu,melainkan kesesatan.” (QS. Yunus:32).2. Tidak ada ibadah kecuali yang disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya.Amalan yang menyerupai ibadahyang tidak disyariyatkan hanyalah sebuah kebatilan atau kesesatan. 3. Islam telah sempurna (QS.Al Maaidah:3). Semua hal atau perkara telah diatur di dalam Al Quran (QS. Al An Aam:38). Semua bentuk amalan kebaikan yang bernilai ibadah-yang dapat mendekatkan kepada surga dan menjauhkan dari neraka telah diajarkan oleh Rasulullah SAW.Amalan baru yang disangka bernilai ibadah tetapi tidak memiliki dalil syarii untuk melakukannya adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat (HR.Muslim,Ahmad,Abu Dawud,Ibnu Majah danTarmidzi). 4. Tidak ada kewajiban bagi manusia yang tidak sanggup melakukannya. Janganlah memaksakan diri untuk melakukan suatu ibadah yang tidak sanggup dilakukan. Islam menghendaki kemudahan dan tidak menghendaki kesulitan atau sesuatu yang memberatkan. 5. Sumber hukum/landasan kebenaran adalah:a. Al Quranb. Hadis Rasulullah SAW yang sejalan/sesuai atau yang tidak bertentangan dengan Al Quran (Sunnah Rasul). c. Sunnah atau pendapat para sahabat Rasulullah SAW yang sejalan/sesuai atau yang tidak bertentangan dengan Al Quran dan Sunnah Rasul. d. Kesepakatan,hasil musyawarah atau pendapat ulama yang sejalan/sesuai atau yang tidak bertentangan dengan Al Quran,Sunnah Rasul dan Sunnah Sahabat Rasul yang mendapat petunjuk.e. Kias yang sesuai atau tidak bertentangan dengan Sunnah Rasul atau sunnah sahabat yang mendapat petunjuk. f. Akal pikiran yang sesuai dengan Al Quran dan Sunnah Rasulg. Tradisi masyarakat dalam hal kemudahan/fasilitas pelaksanaan suatu ibadah yang tidak bertentangan atau tidak dalil yang melarang,dalam Al Quran,sunnah Rasul dan sunnah sahabat rasul yang mendapat petunjuk.Untuk menentukan suatu amalan yang dianggap ibadah, yaitu yang di dalamnya terkandung suatu harapan (pahala) dan rasa takut (dosa atau kesusahan), maka kita kembalikan kepada solusi yang diberikan Allah, yaitu kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnah Rasul (QS.An Nisaa:59):a. Suatu pendapat /ajaran atau kias dikatakan benar bila pendapat/ajaran itu sesuai dengan Al Qur’an dan hadis.Dan bila bertentangan, maka pendapat/ajaran itu salah/sesat dan menyesatkan. b. Sunnah Rasul/Hadis adalah penjelasan atau keterangan-keterangan untuk melaksanakan Al Qu’an.Tidaklah mungkin Hadis bertentangan dengan Al Qur’an.Hadis yang bertentangan dengan Al Qur’an tidak bisa dijadikan dasar untuk melaksanakan suatu amalan,bila amalan itu tidak pernah diperintahkan atau dicontohkan oleh Rasulullah SAW.Hadis yang para ulama menganggapnya lemah tidak bisa dijadikan dasar untuk melakukan suatu amalan yang pernah ada padazaman Rasulullah SAW.Amalan yang diada-adakan diharamkan oleh Allah (QsAl A’raf:33) dan Rasulullah SAW menyatakannya sebagai amalan yang di tolak atau sesat. ”Barang siapa yang mengamalkan suatu amalan yang tidak ada atasnya perintah kami maka tertolak”. (HR.Bukhari-Muslim). “Jauhilah perkara baru yang diada-adakan (dalam agama),karena segala perkara baru yang di ada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat” (HR.Abu Dawud,Inbu Majah dan Tirmidzi). Suatu amalan dapat dikatakan sebagai amalan ibadahbila amalan itu disyariatkan oleh Allah dan Rasul sertaada tuntunan pelaksanaannya dari Rasulullah SAW.Suatu amalan ibadah dapat diterima bilamana memenuhi dua syarat,yaitu: 1. Dilaksanakan dengan ikhlas kepada Allah semata,artinya amalan itu dilakukan semata-mata tertuju kepada Allah,antara lain sebagai wujud ketaatan melaksanakan perintahnya,sebagai ungkapan rasa syukur atau cinta kepada Allah,karena mengharapkan rahmat dan atau karena takut pada murka-Nya. Ibadah tidak boleh tertuju kepada makhluk Allah,baik karena mengharap pujian, kepercayaan dari manusia, atau untuk memperoleh manfaat keduniaan. 2. Dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW sebagai suri teladan dalam menjalankan Agama Islam,artinya ibadah yang kita lakukan benar-benar sesuai dengan cara yang diajarkan atau yang dicontohkan oleh Rassulullah SAW, baik bacaan,gerakan,maupun tempat pelaksanaannya. Berdasarkan kedua persyaratan tersebut di atas,maka: a. Suatu amalan sekalipun termasuk amalan ibadah yang dilakukan dengan ikhlas namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW maka amalan tersebut tertolak,misalnya ikhlas berdoa,tetapi berdoanya memakai persyaratan perdupaan atau sesajen atau dilakukan di kuburan keramat maka doanya tentu tertolak karena persyaratan/medianya atau tempatnya itu adalah bid’ah. Amalan ibadah yang dibangun di atas bid’ah akan maembuat amalan ibadah itu tertolak. b. Suatu ibadah yang dilakukan sesuai tuntunan Rasulullah SAW namun tidak ikhlas atau mengharap sesuatu dari orang lain baik pengakuan,pujian,materi atau penghargaan dari orang lain maka tertolak,misalnya seseorang melaksanakan ibadah haji sesuai tuntunan Rasulullah SAW, tetapi niatnya untuk memperoleh gelar haji, agar masyarakat memuji atau menghargainya. c. Suatu amalan yang dilaksanakan dengan ikhlas tetapi tidak masuk amalan yang disyariatkan maka tertolak karena termasuk amalan yang dibuat-buat (bid’ah).